Visi Misi

Penerapan Metode Cepat-Tepat dalam Pembelajaran

Posted by Admin OPsR05 Kamis, 28 Mei 2015 0 komentar

Penerapan Metode Cepat-Tepat dalam Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses siklus segitiga yang saling berhubungan antara Guru, Peserta Didik dan materi pembelajaran. Dengan kata lain bahwa pembelajaran mengandung makna kegiatan mengajar dan belajar antara pihak yang mengajar adalah guru, yang belajar adalah siswa dan materi adalah bahan yang akan meramaikan proses pembelajaran yang nantinya akan berorientasi pada pengembangan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (1993: 4) mengemukakan bahwa “pembelajaran adalah bantuan pendidikan kepada anak didik agar mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap”. Lebih lanjut  Arikunto (1993: 12) mengemukakan bahwa  “pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang belajar”.
Proses pembelajaran yang berlangsung tidak hanya pada ketiga komponen di atas, tetapi komponen lain pun ikut berperan penting didalamnya seperti metode pembelajaran, media pembelajaran, fasilitas pembelajaran dan kurikulum. Tidak akan berjalan dengan baik proses pembelajaran di kelas jika komponen-komponen tersebut tidak ada.
                Keberhasilan suatu pembelajaran untuk dijadikan pembelajaran yang bermakna tidak terlepas dari komponen-komponen di atas, khususnya methode yang digunakan oleh seorang guru dalam pembelajaran. Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh para pendidik agar proses belajar mengajar pada peserta didik tercapai sesuai dengan tujuan. Metode pembelajaran ini sangat penting dilakukan agar proses belajar mengajar tersebut nampak menyenangkan dan tidak membuat para peserta didik tersebut suntuk atau membosankan (klasikal), dan juga para peserta didik tersebut dapat menangkap ilmu dari pendidik tersebut dengan mudah.
                Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 pasal 19 disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif , menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Peraturan itu sejalan dengan teori siswa aktif artinya guru dituntut untuk menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran (student centered) terutama dengan munculnya kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Dengan diaktifkannya siswa dalam belajar akan semakin terlatih menggunakan kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu asumsi dari aktif siswa adalah bukan dari hebohnya suasana dalam kelas, akan tetapi bagaimana penggunaan aktivitas berpikir yang tinggi.
                Penulis mencoba untuk berbagi pengalaman dalam proses belajar mengajar khususnya metode yang pernah diterapkan. Metode yang digunakan sewaktu proses belajar mengajar berlangsung adalah “ Metode Cepat-Tepat”. Walaupun demikian tidak semua materi dilakukan dalam proses belajar mengajar atau pembelajaran menggunakan metode ini.
                Penggunaan metode ini juga diharapkan menjadi salah satu metode yang berorientasi pada pembelajaran aktif (active learning), yaitu Pembelajaran yang mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Selain pembelajaran aktif, pembelajaran PAKEM ( Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan) pun dijadikan dasar dari metode ini. Pembelajaran PAKEM yang juga berpusat pada anak atau peserta didik sehingga mereka merasa termotivasi untuk belajar. PAKEM adalah penerjemahan dari empat  pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNISCO:
1.       learning to know, yaitu mempelajari ilmu pengetahuan berupa aspek kognitif dalam pembelajaran;
2.       learning to do, yaitu belajar melakukan yang merupakan aspek pengamalan dan  pelaksanaannya;
3.       learning to be, yaitu belajar menjadi diri sendiri berupa apsek kepribadian dan kesesuaian dengan diri anak.
4.       Learning to life together, yaitu belajar hidup dalam kebersamaan yang merupakan aspek kesosialan anak.
Kegiatan Cepat Tepat adalah sesuatu yang tidak asing bagi kita karena pada media-media elektronik seperti Televisi selalu ada menayangkan acara cepat tepat ini. Penulis berpikir dan mencoba bagaimana metode cepat tepat ini jika diadopsi untuk suatu metode pembelajaran.
Bagaimana metode cepat-tepat ini dilaksanakan ?
Penulis mencoba menyusun metode ini agar menarik  yaitu dalam suatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pelaksanaan metode ini dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap diskusi dan tahap action. Tahap diskusi dimaksudkan agar para peserta didik mengumpulkan informasi materi atau masalah yang telah diberikan oleh guru, dan tahap action adalah tahap tampil. Berikut adalah tahapan dari metode cepat-tepat.
1.       Tahap pertama
a.       Guru membagi peserta didik dalam kelompok (4 kelompok) dan masing-masing kelompok menentukan materi untuk didiskusikan;
b.      Peserta  didik dibantu oleh guru dalam kelompok berdiskusi materi untuk bahan cepat-tepat;
2.       Tahap kedua
a.       Guru mempersiapkan 4-5 amplop yang didalamnya berisi pertanyaan-pertanyaan untuk dipilih oleh setiap kelompok;
b.      Guru membacakan pertanyaan dalam amplop yang dipilih, dan jika kelompok pertama tidak bisa menjawab maka teman kelompok yang tidak menjadi perwakilan ke depan diperbolehkan untuk mencatat, menjawab dan jika tidak ada maka kelompok berikutnya berhak menjawab;
c.       Kelompok kedua dan ketiga, mendapatkan kesempatan yang sama seperti kelompok pertama;
d.      Peserta didik dengan dibantu guru membuat kesimpulan;
e.      Guru melakukan Quiz sebagai feedback.
Tahapan atau alur metode di atas tidak baku, artinya setiap guru dapat mengembangkannya lebih luas. Harapan penulis metode ini dapat dikembangkan menjadi suatu metode yang benar-benar dapat memberikan kemudahan atau keringanan dalam mentransfer ilmu dari guru ke anak didiknya, terutama pada pembelajaran aktif di sekolah. Sehingga tidak hanya memunculkan domain kognitif saja, tetapi domian afektif dan psikomotorik anak didik pun ikut terangsang.
Semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar

Show